Strategi Integrasi Vertikal
Integrasi vertikal terjadi jika
perusahaan melukan perluasan usaha pada bidang usaha yang sebelumnya menjadi
bidang garap pemasok dari perusahaan tersebut atau bidang usaha yang menjadi
bidang garap konsumen dari perusahaan tersebut.
Jika memasuki bisnis baru yang
sebelumnya menjadi bidang usaha pemasok, proses tersebut dinamai dengan
integrasi ke belakang (Backward Integration), atau integrasi ke hulu.
Jika memasuki bisnis baru yang sbelumnya menjadi bidang usaha konsumen (selain
konsumen akhir), proses tersebut dinamai dengan integrasi ke depan (Forward
Integration) atau integrasi ke hilir. (Suwarsono Muhammad, 2004).
Dengan integrasi vertikal, unit
usaha strategis yang dimiliki perusahaan menjadi bertambah. Perusahaan dapat
memilih penambahan unit usaha strategis baru tersebut dengan cara pertumbuhan
internal maupun akuisisi. Strategi integrasi vertikal memungkinkan perusahaan
untuk mendapatkan control atas distribusi, pemasok, dan/atau pesaing.
Integrasi vertikal memberikan
jaminan jumlah dan kulitas barang yang diperlukan dari pemasok dan dapat juga
mengurangi kecenderungan fluktuasi pasar, baik dalam jumlah barang yang diminta
maupun harga. Pemasok dan konsumen dimiliki dan dikelola sendiri, tidak
merupakan unit usaha yang terpisah yang dimiliki oleh pihak lain.
Bridgstone
Bridgstone adalah perusahaan yang
memproduksi ban, didirikan pada tanggal 1 Maret 1931 oleh Shojiro Ishibashi di
Kyobashi Tokyo Jepang . Perusahaan Bridgstone saat ini memiliki 143.448 orang
karyawan yang tersebar di seluruh dunia, dengan kemampuan modal
kerja sebesar 126.354 juta yen Jepang.
Perusahaan Bridgstone memproduksi
ban untuk berbagai macam kendaraan seperti truk, bus, ban untuk kendaraan
konstruksi dan pembangunan, ban untuk mesin-mesin industri, ban pada mesin
pertanian, ban untuk pesawat terbang, vulkanisir dan jasa perbaikan,
menyediakan bahan baku untuk ban, dan produk lainnya yang berhubungan dengan
ban. Selain itu Perusahaan Bridgestone juga memproduksi untuk berbagai macam
produk yang terbuat dari karet, seperti bahan untuk ruang kedap suara, berbagai
perlengkapan olahraga yang terbut dari karet, bola golf, termasuk memproduksi
sepeda angin.
Motto Diverse Needs, Diverse
Products adalah pendorong bagi perusahaan untuk terus berinovasi untuk
memenuhi keinginan pelanggan yang beraneka ragam dengan kualitas produk yang
tinggi.
Strategi integrasi vertikal yang diterapkan oleh
Perusahaan Bridgestone.
Perusahaan Bridgstone menerapkan
strategi integrasi vertikal dalam meningkatkan posisi kompetitif perusahaan.
Pertama, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi ekonomi yang ditimbulkan dari
adanya kombinasi operasi, koordinasi dan pengendalian internal, ekonomi
informasi , penghematan biaya transaksi
dan stabilitas hubungan dalam rantai produksi dari unit usaha yang
terkait. Alasan ini amat penting bagi perusahaan yang mengandalkan strategi
kepemimpinan biaya (cost leadership)
Perusahaan Bridgestone saat ini memiliki
24.000 hektar lahan karet di Indonesia dan 48.000 hektar di Liberia, dimana
Perusahaan terlibat langsung dalam pengelolaan kebun-kebun tersebut. Dalam
upaya Untuk menghasilakan produk yang berkualitas, tentu harus didukung oleh
ketersediaan bahan baku berkulitas, dalam hal ini Perusahaan Bridgestone mendirikan
pusat-pusat R&D untuk tanaman karet di Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah
dan Afrika, Asia dan Jepang. Perwakilan perusahaan di negara-negara tersebut
juga sebagai pusat penjualan dan distribusi. Perusahaan Bridgestone memiliki sebaran
jaringan pemasaran yang siap memberikan pelayanan teknis dan pemilihan produk
yang sesuai dengan berbagai kebutuhan pelanggan. Jaringan ini dikembangkan oleh
Bridgestone grup, sebagai upaya mendekatkan diri kepada pengguna produk. Perusahaan
Bridgestone memberikan pelayanan pemeriksaan ban secara rutin, sehingga
pengemudi bisa mengendarai kendaraan secara nyaman dan aman.
Dalam upaya meningkatkan
keterampilan dan keahlian karyawan, Perusahaan Bridgestone memiliki dua
fasilitas pendidikan pengembanga sumerdaya manusia, yaitu:
1.
G-MEC (Global Manufacturing Education
Center). Memperkuat keterampilan karyawan untuk memastikan semua standar yang
sudah ditetapkan perusahaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan
dilakuakn secara konsisten.
2.
BIG-T (Bridgestone Institute of
Global Training). Memberikan pelatihan dan berbagai macam keterampilan untuk
meningkatkan sumber daya manusia perusahaan.
CSR (Corporate Social
Responsibility) Perusahaan Bridgestone
Perusahaan Bridgestone sangat memiliki
kepedulian yang sangat baik terhadap CSR-nya, dengan motto Think
Globally, Act Locally, Perusahaan Bridgestone berfikir secara global, tanpa
melupakan tanggungjawab lingkungan sosialnya. Perusahaan Bridgestone sangat
banyak mengkampanyekan pentingnya keselamatan berkendara, pemeliharan hutan,
dan berkontribusi terhadap masyarakat lokal di tempat beroperasinya perusahaan.
Bridgestone juga terus mengembangkan produk-produk yang ramah terhadap
lingkungan, dan produk yang hemat energi.
Perusahaan Bridgestone sangat
aktif dalam pemberian bantuan pendidikan dengan turut berpartisipasi memabangun
ruangan kelas dan perpustakaan, pemberian pelatihan komputer dan membantu
mendistribusikan materi pendidikan untuk meningkatkan tingkat partisipasi
aksara di berbagai negara, seperti Cina, Filipina, Thailand, Afrika Selatan,
Amerika Serikat, Meksiko, dan Chile.
Kelebihan lainnya yang dimiliki
oleh Perusahaan Bridgestone adalah dalam memahami berbagai perbedaan budaya dan
kebiasaan yang ada di setiap negara. Setiap ide yang timbul dari berbagai sudut
pandang berusaha untuk diakomodir oleh perusahaan. Seorang karyawan yang ada di
Afrika akan memiliki kesempatan yang sama dengan karyawan yang ada di Jepang,
dalam hal mengembangkan ide-ide yang briliant untuk memajukan perusahaan.
Sehingga mereka memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan ide tersebut
dengan mengikuti pelatihan di belahan dunia lain.
Manfaat Menerapkan Strategi Intergrasi Vertikal
Kemampuan Perusahaan Bridgestone dalam menerapkan strategi integrasi vertikal
telah mengantarkan Perusahaan Bridgestone sebagai merek ban nomor 1 di dunia.
Data ini diungkapkan oleh Brand Finance P.L.C (sebuah lembaga pemeringkat dalam bidang
evaluasi dan pemasaran produk yang bermaskas di London Inggris), yang dtiulis
dalam http://www.tirebusiness.com,
dalam artikel yang berjudul Firm Rate Bridgestoneas as No.1 tire Brand,
dipublikasikan tanggal 26 Maret 2013. Lembaga ini menyebutkan Bridgestone
berhasil unggul dengan mencatatkan nilai perusahaan sebesar 4,45 Miliar US
dollar, lebih unggul dibandingkan pesaingnya Michelin dengan nilai 4,36 miliar
US dollar.
Kemampuan Bridgestone menjaga
kualitas produk sehingga mendapatkan kepercayaan pasar. Hal ini dilakukan mulai
dari perancangan produk, sampai dengan pelayanan purna jual. Berbagai
penghargaan telah diperoleh perusahaan, salah satunya ISO 50001 : 2011.
Yakni ISO di bidang kemampuan perusahaan menghasilkan produk yang mendukung
energy management system.
Tantangan Perusahaan
Strategi integrasi vertikal juga
memilik tantangan dalam hal beban baiay strategis (Strategic cost) yang
harus ditanggung perusahaan, yang biasanya sebagian besar terdiri dari biaya
terbenam (sunk cost). Kalaulah kembali, memerlukan waktu yang relatif
panjang. Ketika integrasi vertikal dimulai, perusahaan berusaha mengatasi
halangan memasuki pasar, karena pada dasarnya integrasi vertikal kedepan maupun
integrasi vertikal kebelakang adalah salah satu teknik memasuki pasar. Pada
saat itu biasanya perusahaan memerlukan dana yang besar untuk membiayayai pengeluaran
investasi yang sebagian besar berupa biaya tetap (fixed cost). Pada
ujungnya nanti, besarnya pengeluaran modal ini menjadi sebab tingginya halangan
keluar dari pasar (barriers to exit).
Porter mengatakan tidak ada
satupun strategi yang sempurna. Setiap strategi memiliki kelebihan dan
kelemahan. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh lembaga strategi dan
marketing analysis yang dikutip darihttp://www.alexhayes.ca, mengungkapkan
bahwa Bridgestone terlalu fokus kepada strategi, sehingga tingkat kesejahteraan
karyawan lebih rendah dibandingkan dengan pesaing. Tentunya hal ini akan
mengancam perusahaan, karena karyawan adalah aset perusahaan, dan sewaktu-waktu
karyawan bisa pindah ke perusahaan pesaing. Disamping itu, dalam
artikel yang sama juga menyebutkan tantangan yang dihadapi sekarang adalah
degan menurunnya perekonomian eropa mengancam keberlangsungan pendapatan
perusahaan.
Sumber Referensi :
Thompson, Peteraf, Gamble, Strickland. 2012. Crafting Executing Strategy - Concept and Cases 18E. Mc Graw Hill. New York. USA.
Muhammad Suwarsono, 2004, Manajemen Strategi – Konsep dan
Kasus, Edisi Ketiga, UPP AMPYKPN, Yokyakarta.