Jumat, 31 Mei 2013

Strategi Integrasi Vertikal Bridgestone



Strategi Integrasi Vertikal

Integrasi vertikal terjadi jika perusahaan melukan perluasan usaha pada bidang usaha yang sebelumnya menjadi bidang garap pemasok dari perusahaan tersebut atau bidang usaha yang menjadi bidang garap konsumen dari perusahaan tersebut.
Jika memasuki bisnis baru yang sebelumnya menjadi bidang usaha pemasok, proses tersebut dinamai dengan integrasi ke belakang (Backward Integration), atau integrasi ke hulu. Jika memasuki bisnis baru yang sbelumnya menjadi bidang usaha konsumen (selain konsumen akhir), proses tersebut dinamai dengan integrasi ke depan (Forward Integration) atau integrasi ke hilir. (Suwarsono Muhammad, 2004).
Dengan integrasi vertikal, unit usaha strategis yang dimiliki perusahaan menjadi bertambah. Perusahaan dapat memilih penambahan unit usaha strategis baru tersebut dengan cara pertumbuhan internal maupun akuisisi. Strategi integrasi vertikal memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan control atas distribusi, pemasok, dan/atau pesaing.
Integrasi vertikal memberikan jaminan jumlah dan kulitas barang yang diperlukan dari pemasok dan dapat juga mengurangi kecenderungan fluktuasi pasar, baik dalam jumlah barang yang diminta maupun harga. Pemasok dan konsumen dimiliki dan dikelola sendiri, tidak merupakan unit usaha yang terpisah yang dimiliki oleh pihak lain.

Bridgstone
Bridgstone adalah perusahaan yang memproduksi ban, didirikan pada tanggal 1 Maret 1931 oleh Shojiro Ishibashi di Kyobashi Tokyo Jepang . Perusahaan Bridgstone saat ini memiliki 143.448 orang karyawan yang tersebar di seluruh dunia, dengan  kemampuan modal kerja sebesar 126.354 juta yen Jepang.
Perusahaan Bridgstone memproduksi ban untuk berbagai macam kendaraan seperti truk, bus, ban untuk kendaraan konstruksi dan pembangunan, ban untuk mesin-mesin industri, ban pada mesin pertanian, ban untuk pesawat terbang, vulkanisir dan jasa perbaikan, menyediakan bahan baku untuk ban, dan produk lainnya yang berhubungan dengan ban. Selain itu Perusahaan Bridgestone juga memproduksi untuk berbagai macam produk yang terbuat dari karet, seperti bahan untuk ruang kedap suara, berbagai perlengkapan olahraga yang terbut dari karet, bola golf, termasuk memproduksi sepeda angin.
Motto Diverse Needs, Diverse Products adalah pendorong bagi perusahaan untuk terus berinovasi untuk memenuhi keinginan pelanggan yang beraneka ragam dengan kualitas produk yang tinggi.

Strategi integrasi vertikal yang diterapkan oleh Perusahaan Bridgestone.
Perusahaan Bridgstone menerapkan strategi integrasi vertikal dalam meningkatkan posisi kompetitif perusahaan. Pertama, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kombinasi operasi, koordinasi dan pengendalian internal, ekonomi informasi , penghematan biaya transaksi  dan stabilitas hubungan dalam rantai produksi dari unit usaha yang terkait. Alasan ini amat penting bagi perusahaan yang mengandalkan strategi kepemimpinan biaya (cost leadership)
Perusahaan Bridgestone saat ini memiliki 24.000 hektar lahan karet di Indonesia dan 48.000 hektar di Liberia, dimana Perusahaan terlibat langsung dalam pengelolaan kebun-kebun tersebut. Dalam upaya Untuk menghasilakan produk yang berkualitas, tentu harus didukung oleh ketersediaan bahan baku berkulitas, dalam hal ini Perusahaan Bridgestone mendirikan pusat-pusat R&D untuk tanaman karet di Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah dan Afrika, Asia dan Jepang. Perwakilan perusahaan di negara-negara tersebut juga sebagai pusat penjualan dan distribusi. Perusahaan Bridgestone memiliki sebaran jaringan pemasaran yang siap memberikan pelayanan teknis dan pemilihan produk yang sesuai dengan berbagai kebutuhan pelanggan. Jaringan ini dikembangkan oleh Bridgestone grup, sebagai upaya mendekatkan diri kepada pengguna produk. Perusahaan Bridgestone memberikan pelayanan pemeriksaan ban secara rutin, sehingga pengemudi bisa mengendarai kendaraan secara nyaman dan aman.
Dalam upaya meningkatkan keterampilan dan keahlian karyawan, Perusahaan Bridgestone memiliki dua fasilitas pendidikan pengembanga sumerdaya manusia, yaitu:
1.       G-MEC (Global Manufacturing Education Center). Memperkuat keterampilan karyawan untuk memastikan semua standar yang sudah ditetapkan perusahaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan dilakuakn secara konsisten.
2.       BIG-T (Bridgestone Institute of Global Training). Memberikan pelatihan dan berbagai macam keterampilan untuk meningkatkan sumber daya manusia perusahaan. 

CSR (Corporate Social Responsibility) Perusahaan Bridgestone
Perusahaan Bridgestone sangat memiliki kepedulian yang sangat baik terhadap CSR-nya, dengan motto Think Globally, Act Locally, Perusahaan Bridgestone berfikir secara global, tanpa melupakan tanggungjawab lingkungan sosialnya. Perusahaan Bridgestone sangat banyak mengkampanyekan pentingnya keselamatan berkendara, pemeliharan hutan, dan berkontribusi terhadap masyarakat lokal di tempat beroperasinya perusahaan. Bridgestone juga terus mengembangkan produk-produk yang ramah terhadap lingkungan, dan produk yang hemat energi.
Perusahaan Bridgestone sangat aktif dalam pemberian bantuan pendidikan dengan turut berpartisipasi memabangun ruangan kelas dan perpustakaan, pemberian pelatihan komputer dan membantu mendistribusikan materi pendidikan untuk meningkatkan tingkat partisipasi aksara di berbagai negara, seperti Cina, Filipina, Thailand, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Meksiko, dan Chile.
Kelebihan lainnya yang dimiliki oleh Perusahaan Bridgestone adalah dalam memahami berbagai perbedaan budaya dan kebiasaan yang ada di setiap negara. Setiap ide yang timbul dari berbagai sudut pandang berusaha untuk diakomodir oleh perusahaan. Seorang karyawan yang ada di Afrika akan memiliki kesempatan yang sama dengan karyawan yang ada di Jepang, dalam hal mengembangkan ide-ide yang briliant untuk memajukan perusahaan. Sehingga mereka memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan ide tersebut dengan mengikuti pelatihan di belahan dunia lain.

Manfaat Menerapkan Strategi Intergrasi Vertikal
Kemampuan Perusahaan Bridgestone  dalam menerapkan strategi integrasi vertikal telah mengantarkan Perusahaan Bridgestone sebagai merek ban nomor 1 di dunia. Data ini diungkapkan oleh  Brand Finance P.L.C  (sebuah lembaga pemeringkat dalam bidang evaluasi dan pemasaran produk yang bermaskas di London Inggris), yang dtiulis dalam http://www.tirebusiness.com, dalam artikel yang berjudul Firm Rate Bridgestoneas as No.1 tire Brand, dipublikasikan tanggal 26 Maret 2013. Lembaga ini menyebutkan Bridgestone berhasil unggul dengan mencatatkan nilai perusahaan sebesar 4,45 Miliar US dollar, lebih unggul dibandingkan pesaingnya Michelin dengan nilai 4,36 miliar US dollar.
Kemampuan Bridgestone menjaga kualitas produk sehingga mendapatkan kepercayaan pasar. Hal ini dilakukan mulai dari perancangan produk, sampai dengan pelayanan purna jual. Berbagai penghargaan telah diperoleh perusahaan, salah satunya ISO 50001 : 2011. Yakni ISO di bidang kemampuan perusahaan menghasilkan produk yang mendukung energy management system.

Tantangan Perusahaan
Strategi integrasi vertikal juga memilik tantangan dalam hal beban baiay strategis (Strategic cost) yang harus ditanggung perusahaan, yang biasanya sebagian besar terdiri dari biaya terbenam (sunk cost). Kalaulah kembali, memerlukan waktu yang relatif panjang. Ketika integrasi vertikal dimulai, perusahaan berusaha mengatasi halangan memasuki pasar, karena pada dasarnya integrasi vertikal kedepan maupun integrasi vertikal kebelakang adalah salah satu teknik memasuki pasar. Pada saat itu biasanya perusahaan memerlukan dana yang besar untuk membiayayai pengeluaran investasi yang sebagian besar berupa biaya tetap (fixed cost). Pada ujungnya nanti, besarnya pengeluaran modal ini menjadi sebab tingginya halangan keluar dari pasar (barriers to exit).
Porter mengatakan tidak ada satupun strategi yang sempurna. Setiap strategi memiliki kelebihan dan kelemahan. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh lembaga strategi dan marketing analysis yang dikutip darihttp://www.alexhayes.ca, mengungkapkan bahwa Bridgestone terlalu fokus kepada strategi, sehingga tingkat kesejahteraan karyawan lebih rendah dibandingkan dengan pesaing. Tentunya hal ini akan mengancam perusahaan, karena karyawan adalah aset perusahaan, dan sewaktu-waktu karyawan bisa pindah ke perusahaan pesaing.  Disamping itu, dalam artikel yang sama juga menyebutkan tantangan yang dihadapi sekarang adalah degan menurunnya perekonomian eropa mengancam keberlangsungan pendapatan perusahaan.

Sumber Referensi :
Thompson, Peteraf, Gamble, Strickland. 2012. Crafting Executing Strategy - Concept and Cases 18E. Mc Graw Hill. New York. USA.
Muhammad Suwarsono, 2004, Manajemen Strategi – Konsep dan Kasus, Edisi Ketiga, UPP AMPYKPN, Yokyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar